Fungsi Sel Darah Putih Eritrosit Manusia

http://4.bp.blogspot.com/-TDSGihH2ehs/UvOyNJRqMoI/AAAAAAAAAAc/tVKH64_s2TM/s1600/2.gif
Bookmark and Share
Proses Pembentukan Fungsi Sel Darah Putih Eritrosit pada Manusia - Di dalam darah, sel darah putih memiliki jumlah lebih sedikit dibandingkan jumlah sel darah merah. Rasio keduanya kira-kira 1:700. Sel darah putih berjumlah sekitar 4.000 sampai 11.000 butir untuk setiap mikroliter darah manusia. Sel darah putih yang normal berumur sekitar 12 hari. Bentuknya pun bervariasi, terutama saat melewati jaringan. Sedangkan ukurannya lebih besar dari sel darah merah yakni sekitar 10 μm. Pada umumnya, sel darah putih mempunyai inti bulat dan cekung. Sel-sel ini dapat bergerak bebas secara amoboid, kemudian juga dapat menembus dinding kapiler, sehingga disebut diapedesis. Sel darah putih sangat berperan untuk melawan penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Sel darahputih demikian berperan sebagai antibodi. Berdasarkan ada tidaknya granula dalam plasma, sel darah putih terbagi atas granulosit dan agranulosit. Granulosit merupakan sel darah putih yang memiliki plasma bergranula, misalnya basofil, neutrofil, dan eosinofil. Sementara, agranulosit merupakan jenis sel darah putih yang bercirikan plasma tak bergranula, seperti limfosit dan monosit. (Baca juga : Sel Darah)

Sel darah putih manusia
Gambar 1. Sel darah putih manusia
Neutrofil merupakan jenis sel darah putih dengan plasma bergranula yang paling aktif dan bermobilitas tinggi. Plasmanya bersifat netral dan terdapat bintik-bintik. Selain itu, neutrofil bersifat fagosit (pemakan bakteri). Dari total keseluruhan sel darah putih, jumlah neutrofil sekitar 50% hingga 70%. Nukleusnya terdiri atas dua sampai lima lobus, sehingga seringkali disebut leukosit polimorfonuklear. Diameter neutrofi l sekitar 12 μm. Sebagian besar granula neutrofil adalah lisosom, yang berisi beberapa macam enzim dan bakteri zidal untuk menghancurkan bakteri. Pada setiap milimeter kubik darah putih, neutrofi l mengandung 3.000 sampai 7.000 butir.

Eosinofil adalah jenis sel darah putih dengan plasma bergranula yang berukuran hampir sama dengan neutrofil. Plasma yang dipunyai bersifat asam dan terdapat bintik-bintik biru yang bersifat fagosit. Volume eosinofil berkisar 2% sampai 4% dari total keseluruhan sel-sel darah putih, atau setiap mm3 darah mengandung 20 hingga 50 butir. Nukleus yang dimiliki eosinofil tersusun atas dua lobi atau bilobus.

Tabel 1. Komposisi Sel Darah Manusia

Unsur-Unsur Seluler 45%
Jenis sel

Jumlah (per mm3 darah)

Fungsi

Eritrosit (sel darah merah)
5-6 juta
Mengangkut oksigen dan membantu mengangkut karbondioksida
Leukosit (sel darah putih)
Basofil
Basofil
Limfosit
Limfosit
Eosinofil
Eosinofil
Neutrofil
Neutrofil
Monosit
Monosit
5.000-10.000
Pertahanan dan kekebalan
Trombosit (keping darah)
250.000-400.000
Penggumpalan darah
Sumber : Campbell, Reece, Mitchell, Biologi 3, 2003, hlm. 54

Eosinofil ini berperan dalam sistem pertahanan tubuh, terutama terhadap parasit multiseluler, semisal cacing parasit. Eosinofil juga sangat sensitif terhadap kehadiran alergen yakni suatu senyawa yang menyebabkan alergi. Sehingga, bila terjadi reaksi alergi pada tubuh seseorang, jumlah eosinofil dalam darah akan meningkat.

Jenis sel darah putih yang memiliki plasma bergranula adalah basofil. Ukuran basofil lebih kecil daripada eosinofil maupun neutrofil, yakni berdiameter sekitar 8 sampai 10 μm. Walau begitu, eosinofil memiliki inti sel yang relatif besar. Setiap 1 milimeter kubik darah mengandung 20 hingga 50 butir basofil, atau kurang dari 1% dari jumlah keseluruhan sel darah putih. Sementara itu, jenis sel darah putih yang tak bergranula pada membrannya terdiri atas monosit dan limfosit. Monosit berjumlah sekitar 2 hingga 8% dari total keseluruhan sel darah putih, atau tiap mm3 darah mengandung 1 butir. Kita bisa dengan mudah mengenali monosit, sebab ukurannya cukup besar dan inti selnya juga besar. Bentuknya oval atau seperti bentuk ginjal. Monosit kira-kira berdiameter dua kali diameter sel darah merah, yaitu sekitar 15 μm.

Sebelum keluar menuju jaringan dan menjadi makrofaga, monosit akan berada dalam peredaran darah selama 24 jam. Makro faga merupakan fagosit yang aktif terhadap senyawa-senyawa asing yang berukuran lebih besar dari monosit. Di dalam darah, monosit termasuk jenis sel darah putih yang mampu berumur panjang. Selain itu, monosit juga dapat bergerak cepat dalam peredaran darah.

Sedangkan limfosit, memiliki jumlah sekitar 20 hingga 30% dari jumlah sel darah putih, atau tiap mm3 darah mengandung 1.500 sampai 3.000 butir. Limfosit dapat bergerak bebas dan juga bisa membentuk zat antibodi. Pada smear darah, tampak bahwa limfosit memiliki satu inti besar, berbentuk bundar, dan hampir menempati seluruh isi sel. Limfosit berdiameter 8 hingga 12 μm. Limfosit biasanya aktif keluar dari pembuluh darah menuju jaringan, terutama jaringan ikat dan sistem limfatikus.

Di dalam peredaran darah, limfosit terbagi atas tiga jenis, yakni sel T, sel B, dan sel pembunuh (natural killer cell). Berbagai jenis limfosit ini memiliki peran yang berbeda. Sel limfosit T berperan dalam mekanisme pertahanan terhadap masuknya sel-sel asing ke dalam jaringan tubuh. Sel limfosit T akan masuk ke dalam jaringan dan menyerang sel asing secara langsung. Namun, ada kemungkinan juga sel limfosit T ini dapat menghambat aktivitas limfosit lainnya.

Sedangkan sel limfosit B berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh yang melibatkan produksi dan distribusi antibodi. Sel B dapat berdiferensi menjadi sel plasma yang berperan dalam sintesis dan sekresi antibodi. Sel pembunuh (natural killer cells) berfungsi untuk mendeteksi dan menghancurkan sel-sel jaringan yang abnormal. Sel ini berperan penting dalam pencegahan kanker.

Di dalam sumsum tulang, sel darah putih diproduksi dari hasil pembelahan hemisitoblas. Hemisitoblas adalah sel induk mieloid dan sel induk limfoid. Sel mieloid berkembang menjadi sel progenitor. Progenitor akan membelah menjadi mielosid yang selanjutnya akan berkembang menjadi basofil, eosinofil dan neutrofil. Sel monoblas akan berkembang menjadi monosit. Sel induk limfoid hasil diferensiasi dari hemisitoblas akan berkembang menjadi limfoblas, selanjutnya menjadi prolimfosit dan akhirnya menjadi limfosit yang matang. Agar kalian dapat memahami proses pembentukan sel darah putih, simak Gambar 2.

Diferensiasi sel induk dalam sumsum tulang
Gambar 2. Diferensiasi sel induk dalam sumsum tulang
Beberapa sel induk limfoid ada yang bermigrasi ke dalam jaringan limfoid, semisal kelenjar limfa, kelenjar timus dan nodus limfatikus, sehingga di dalam pelbagai jaringan tersebut terbentuk limfosit. Proses ini dinamakan limfopoiesis.

Anda sekarang sudah mengetahui Fungsi Sel Darah Putih. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Blog ini.

Referensi :
Rochmah, S. N., Sri Widayati, M. Miah. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 346.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar